Hari Sabtu tanggal 29 Maret 2014, saya datang ke sebuah Tempat Seni di daerah Pasar Minggu yang bernama Gallery Salihara, dengan tujuan menyaksikan sebuah pertunjukan teater karena saya mendapat tugas dari Dosen kampus saya. Dalam gallery tersebut, terdapat sebuah teater yang bernama Stock Teater. Saya sampai di Gallery Salihara setengah jam sebelum pertunjukan di mulai. Pada malam itu akan berlangsung satu pertunjukan yang berjudul Metamorphosis. Sesampainya disana jujur saya langsung menyukai atmosfer Gallery itu. Bangunannya begitu nyaman dan bersahaja. Banyak sekali segerombol orang dengan penampilan ciri khas seorang seniman yang berlalu lalang. Membuat tempat itu terlihat cukup sibuk. Saya pun segera pergi ke loket untuk membeli tiket pertunjukan yang akan saya saksikan. Terdapat dua kategori untuk masing masing tiketnya, bila anda seorang pelajar, anda akan mendapat harga tiket khusus seorang pelajar seharga Rp. 35.000 dan harga tiket untuk umum seharga Rp. 75.000. Sayangnya saya datang tidak terlalu awal, sehingga saya tidak kedapatan harga tiket khusus pelajar. Acara pertunjukan di mulai jam 8 malam, selagi menunggu saya duduk di kafe yang terdapat di dalam gallery Salihara sambil menikmati segelas teh tarik yang saya pesan. Tidak lama ada suara gong berbunyi yang menandakan bahwa pertunjukan akan di mulai. Sayapun langsung menuju ke arah Stock Teater. Sesampainya di dalam saya langsung mengamati sekitar. Ruangan kedap suara bertembok hitam, terdapat kurang lebih 250 bangku yang berderet keatas. Saya mendapati tempat duduk yang strategis untuk menyaksikan pertunjukan. Pertunjukan di mulai sedikit ‘molor’ dari jam yang seharusnya. Sekitar 15 menit saya menunggu di dalam teater. Sampai akhirnya lampu di matikan dan tirai di buka.
Pada awal mulai cerita terdapat sepasang suami istri yang memiliki dua anak. Dengan latar belakang kemiskinan dan tempat tinggal yang kumuh. Si anak laki-laki yang bernama Gregor adalah anak paling kecil di keluarga ini. Gregor adalah seorang anak yang begitu pantang menyerah untuk bekerja. Di dalam cerita ini Gregor adalah satu-satu nya tulang punggung keluarga, dari pagi sampai malam ia membanting tulang untuk menghidupi keluarga nya dikarenakan bapak nya Gregor adalah seorang pengangguran yang sangat malas, dia tidak mau bekerja mencari uang. Aktifitas yang bapak nya lakukan di rumah hanya menonton tv, makan, tidur, dan mabuk-mabukan. Ibu nya Gregor adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak begitu pintar namun sosok yang penyabar. Lalu kakak perempuan nya yang juga hanya berdiam diri di rumah karena tidak mampu melanjutkan kuliah musik impiannya. Gregor sendiri bekerja di salah satu pabrik lokal yang memproduksi sepatu bermerek palsu. Gregor sebagai seorang salesman menjajakan sepatu palsu dagang annya di jalan, dari rumah kerumah. Hati kecil Gregor sebenarnya merasa dosa karena dia menjual dan menipu para pembeli dengan kebohongan. Tapi mau tidak mau Gregor tetap melakukannya, karena pada saat itu hanya pekerjaan itu yang bisa dilakukannya. Bagaimanapun ia harus tetap berjualan karena dia bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup dirinya dan keluarga nya. Pada suata malam selepas ia bekerja dia pergi tidur ke kamarnya, dan keesokan hari nya disaat ia bangun, hal yang hampir sangat mustahil menimpanya. Gregor menemukan diri nya berubah menjadi seekor serangga raksasa. Di mulai dari situ cobaan demi cobaan datang melanda keluarga nya terus. Anggota keluarga nya menemukan Gregor dengan kondisi bahwa ia telah berubah menjadi serangga raksasa. Keluarga nya begitu ketakutan dan kaget melihat ada seekor serangga raksasa di dalam rumah nya. Bapak, Ibu, dan kakak perempuanya berlarian de sekeliling rumah sampai akhirnya Ibu nya pingsan dan Bapaknya sendiri melempari Gregor dengan alat-alat rumah tangga. Mereka tidak mengetahui bahwa hewan itu adalah anakya sendiri. Namun meskipun dengan wujud sebuah hewan, pemikiran Gregor tetap menjadi pemikiran seorang manusia. Hanya saja Gregor terjebak di dalam wujud serangga. Di mulai dari situlah berbagai kontradiksi di tampilkan, Keraguan Gregor akan pertolongan Tuhan, perpecahan dan pertengkaran yang setiap hari menghiasi suasana rumahnya, kelaparan, pemikiran-pemikiran baru tentang nilai hidup, dan jiwa Gregor yang terasa telah mati. Bapak nya begitu membenci Gregor, hanya Ibu dan kakak perempuannya yang sedikit memiliki rasa kasihan terhadap nya. Sampai akhirnya hidup Gregor berakhir di tangan kakak perempuannya dengan dukungan Bapak nya sendiri. Selama pertunjukan berlangsung tidak hanya terdapat unsur akting, namun terdapat pertunjukan instrumen musik langsung yang di mainkan oleh salah satu anggota pemain yang berlaku juga sebagai narator.
Menurut sutradara nya sendiri ( Totos Rasiti) judul Metamorphosis ini ibarat peralihan karya sastra menjadi karya teater. Metamorphosis adalah judul inggris untuk novela Van Verwandlung karya Frans Kafka yang terbit pada tahun 1915. Novela ini menjadi salah satu fiksi terbaik yang ada pada abad ke 20. Kafka sang pengarang pun sebenarnya tidak berfokus kepada perubahan mengapa tokoh utama menjadi seorang serangga. Kafka hanya berfokus kepada sisi psikologis yang di alami Gregor yang tersiksa akibat Metamorphosis ini.
Menurut saya, begitu banyak nilai moral yang dapat di ambil dari kisah Metamorphosis ini. Bahwa di dalam setiap pilihan manusia akan selalu ada kontroversi pada diri. Dengan mengamati aksi para pemain dan pesan yang di sampaikan, saya menilai bahwa jiwa yang telah mati di dalam fisik yang hidup akan sangat berdampak buruk pada kehidupan. Kaerna hidup adalah pilihan, orang yang ditakdirkan dengan hidup yang miskin bila mereka memiliki kekayaan hati dan terbuka pada dunia serta tidak pernah berhenti menyerah pasti akan mendapatkan apa yang mereka layak dapatkan. Sebagai manusia kita harus berperang melawan ego kita sendiri melawan fikiran dan perasaan yang buruk yan terdapat di dalam diri kita masing-masing. Tidak hanya disitu setiap manusia harus benar-benar memahami apa hak dan kewajiban mereka. Agar tercipta nya suatu harmoni yang akan membuat jalan hidup menjadi lebih baik.
Secara keseluruhan menurut saya pertunjukan teater dengan kisah Metamorphosis ini sangat bagus, karya yang di bungkus dengan cerita yang begitu kompleks. Semua makna tersampaikan dengan baik, sindiran sindiran tentang kehidupan begitu mengena di hati para penikmat show, di lengkapi dengan aksi lucu dan totalitas dari pemain. Karya teater Metamorphosis menjadi sesuatu yang segar, dan bermakna. Melihat antusiasme para peminat seni teater di kalangan masyarakat, saya rasa masih kurang banyak peminat nya. Para penonton mayoritas masih dari kalangan seniman itu sendiri. Mungkin dengan mengedukasikan seni teater ke masyarakat yang lebih luas akan menjadi sebuah gebrakan untuk kemajuan dunia seni teater Tanah air kita. Karena menyaksikan pertunjukan teater sebenarnya adalah hal yang sangat menyenangkan untuk di coba.
Tentang Stock Teater sendiri Teater ini didirakan olej Totos Rasiti, Aibey S Huda, Norman R, Akyuwen, dan Epy Kusnandar pada tahun 1997. Mereka adalah mahasiswa/alumni Jurusan Seni Teater IKJ. Dengan menghasilkan pemanggungan yang berbeda. Kelompok Teater ini mengusung tema-tema perkotaan atau urban sebagai bahan cerita dan konsep pementasan nya.